Advokasi Peningkatan Kesejahteraan Remaja Terintegrasi, dengan kegiatan Advokasi Pesantren Ramah Anak (PSA)

Pada hari Rabu, 18 September 2024, bertempat di Gedung Diklat Pemerintah Kota Pekalongan, dilaksanakan kegiatan Advokasi Peningkatan Kesejahteraan Remaja Terintegrasi, dengan kegiatan Advokasi Pesantren Ramah Anak (PSA). Kegiatan ini diikuti oleh 75 peserta yang berasal dari 15 ponpes di Kota Pekalongan, yang terdiri dari 2 orang pengasuh ponpes dan 3 orang santri serta dihadiri pula dari Kementrian Agama Kota Pekalongan. Sedangkan nara sumber pada kegiatan ini berasal dari LPA (Lembaga Perlindungan Anak) Klaten.

Kegiatan tersebut dibuka secara resmi oleh Ibu Puji Winarti, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Kota Pekalongan, yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya peningkatan kesejahteraan remaja sebagai langkah strategis dalam membangun generasi yang berintegritas, disiplin, dan berdaya saing. Beliau menekankan bahwa remaja merupakan aset bangsa yang harus diberdayakan dengan pendekatan yang komprehensif dan berkesinambungan.
Acara tersebut dibagi menjadi dua kelas  yaitu kelas untuk pengasuh pondok pesantren dan kelas untuk para santri. Pada kelas pengasuh pondok pesantren,  disampaikan tentang metode pendidikan dan pembentukan kedisiplinan santri melalui pendekatan diskusi interaktif. Dalam pemaparannya, dijelaskan bahwa metode interaktif dapat meningkatkan partisipasi santri dalam proses pembelajaran, serta memberikan ruang bagi santri untuk mengembangkan karakter dengan lebih baik. Pendekatan ini diyakini lebih efektif dalam membangun kedisiplinan dibandingkan metode tradisional yang cenderung bersifat represif.

Pada kelas santri,  membahas berbagai isu penting terkait kesejahteraan remaja, seperti bullying, kesehatan reproduksi perempuan, dan pengenalan konsep diri. Materi tentang bullying bertujuan untuk meningkatkan kesadaran santri akan dampak negatif dari perilaku perundungan, serta memberikan strategi untuk mencegah dan menangani kasus tersebut di lingkungan pesantren. Selain itu, kesehatan reproduksi perempuan dibahas secara komprehensif, dengan fokus pada upaya pencegahan masalah kesehatan yang umum di kalangan remaja perempuan. Juga mencakup pembahasan mengenai pentingnya pengenalan konsep diri, di mana santri diajak untuk memahami dan mengembangkan jati diri mereka secara positif.

Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan dan kedisiplinan santri di lingkungan pondok pesantren. Peningkatan kualitas diri diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengembangan karakter yang lebih baik di kalangan remaja, yang pada akhirnya akan mendukung terciptanya lingkungan pendidikan yang lebih kondusif.

Pada penutupan acara, disampaikan harapan agar program ini menjadi langkah awal dari upaya yang lebih berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan remaja, khususnya di lingkungan pondok pesantren. Diharapkan pula agar kegiatan advokasi ini dapat terus dilanjutkan dan diperluas cakupannya, sehingga mampu memberikan manfaat yang nyata bagi perkembangan generasi muda di Kota Pekalongan.